Keutamaan Wanita Muda Menikahi Pria Muda dan Dicintainya


Al Haitsam bin Ady meriwayatkan dari Muhammad bin Ziyad, bahwa Harits bin Salil Al Azadi mengunjungi Alqamah bin Hazm Ath Tha'i yang merupakan salah seorang dari temannya. Kemudian ia (Harits) melihat dan mendengar salah seorang anak yang dipanggil sebagai anak tiri, sedangkan ia merupakan anak (wanita) yang tercantik diantara para gadis yang ada disana. Maka Harits pun mengaguminya atau tertambat hatinya. Akan tetapi, perasaanlah yang menghalanginya untuk kembali kepada keluarganya. Maka Harits pun berkata kepada Alqamah: "Sesungguhnya aku datang kepadamu untuk melamar. Orang yang melamar itu akan segera menikah, orang yang mencari pasti mendapatkannya dan orang yang mencintai itu kokoh keinginannya." Alqamah pun berkata kepadanya: "Kami mengerti atas apa yang mulia inginkan. Akan tetapi, kami mohon tunggulah untuk beberapa waktu agar kami mempertimbangkan terlebih dahulu kehendak yang mulia".

Kemudian Alqamah pergi menemui Ummu Jariyah (ibu dari anak tersebut) seraya berkata kepadanya: "Bahwa sesungguhnya Harits —pemimpin kaumnya— dari segi kekayaan, kedudukan dan tempat tinggal, tidak memberikan pilihan kepada kita kecuali terpenuhi hajatnya. Maka ajaklah anakmu bermusyawarah dan selidikilah apa yang ada didalam dirinya". Maka sang ibu pun berkata kepada putrinya: "Hai anakku, sesungguhnya lelaki macam apa yang engkau dambakan, apakah lelaki yang sudah ber-usia 30 atau 40 tahun, terpandang dan dermawan; ataukah pemuda tampan yang ambisius dan mengagumkan apabila melihatnya?" Maka sang anak pun menjawab: "Pemuda tampan, wahai ibu." Lalu ibunya berkata: "Orang yang berusia 30-40 tahun yang dermawan dan kaya tidaklah sama dengan yang usianya muda dan banyak angannya.

Sang anak kembali berkata: "Wahai ibuku, aku mencintai pemuda seperti pengembala yang mencintai rumput yang bagus." Ibunya berkata: "Wahai anakku, sesungguhnya pemuda itu sangat tertutup (misterius, tidak mudah untuk ditebak) dan banyak celanya." Ia berkata: "Wahai ibunda, aku takut lelaki tua mengotori pakaianku, melewatkan masa mudaku dan aku akan ditertawakan oleh teman-teman sebayaku". Sang ibu masih saja mendesaknya, sehingga ia menerima atas pendapatnya (sang ibu). Maka Harits pun menikahinya dan membawa ia (sang isteri) kembali kerumahnya.

Pada suatu hari Harits bersama isterinya duduk diteras rumah. Tiba-tiba datang para pemuda dari Bani Asad mempermainkannya. Maka sang isteri pun menarik nafas panjang dan menangis. Harits bertanya kepadanya: "Apa yang membuatmu menangis?" Sang isteri menjawab: "Tiada lagi harapan bagiku dan orang-orang tua yang menginginkan sesuatu laksana tunas-tunas yang baru bersemi." Maka Harits pun berkata: "Ibumu dan aku telah menyebabkan kematianmu. Untuk itu, sekarang pergilah kembali kepada keluargamu, sebab aku tidak pantas untukmu".


0 komentar:

Posting Komentar