Kisah Seusai Bulan Madu


Ibnul Haaj mengatakan tentang sesuatu yang mesti diwaspadai usai menyudahi berbulan madu. Sesuatu tersebut bisa dicegah dengan senantiasa berada dalam kondisi bersih dan selalu memakai wewangian. Seorang istri mengirim surat kepada ibunya, yang mana didalamnya terdapat banyak sekali nasihat dan berita baru. Wahai ibuku, setelah melewatkan bulan madu kami kembali ke rumah, setelah bepergian selama beberapa malam sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh suamiku.
Wahai ibu, aku sangat merindukan ibu saat ini berada dekat denganku, agar aku bisa menceritakan segala pengalaman dalam kehidupan yang baru bersama suamiku. Ia seorang suami yang baik dan kami saling mencintai. Akan tetapi, aku belum terbiasa dengan sikapnya. Terkadang aku merasa telah lama mengenalnya. Terkadang juga aku merasa asing berada dekat dengannya. Seakan tak percaya, tapi ini benarbenar terjadi.

Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk mencari keridhaannya. Yakinlah wahai ibu, bahwasanya aku selalu menjaga seluruh nasihat yang ibu berikan kepadaku dan melaksanakan semua yang ibu wasiatkan kepadaku. Khususnya nasihat-nasihat yang engkau ucapkan dengan linangan air mata dan senyuman manis. Setiap kalimat dan kata yang engkau ucapkan serta yang engkau perdengarkan di telingaku. Semua masih aku ingat dengan jelas, ketika engkau peluk aku dan mendekapkan aku di dadamu dengan kasih sayang pada malam pesta perkawinanku.

Aku memandang kehidupan ini dari celah-celah pandanganmu pada sebuah kehidupan. Sungguh diriku tidak berarti jika dibandingkan denganmu. Tak ada keinginan bagiku selain melakukan apa yang engkau lakukan untuk bapakku yang baik dan terhadap kami anak-anakmu. Engkau telah limpahkan kepada kami semua cinta dan kasih sayangmu. Engkau ajarkan kepada kami arti sebuah kehidupan dan cara bagaimana seharusnya kami menjalaninya. Dengan tanganmulah terhapus debu yang menyelimuti cinta yang ada dihati kami. Dengan pesta perkawinanku dapat membuat engkau merasa senang. Setiap kalimat aku dengar suaramu dan aku kehilangan sesuatu yang engkau alunkan. 

Aku telah selesai menyiapkan hidangan makan siang untuk suamiku. Sebentar lagi suamiku datang dari pekerjaannya. Jangan gelisah wahai ibu, karena aku telah mahir dalam memasak. Aku senang duduk dihadapan suami sambil menemaninya makan, yang telah aku siapkan dengan tanganku sendiri. Manakala ia telah selesai makan, ia tidak lupa berterima kasih kepadaku dengan apa yang aku buatkan untuknya. Wahai ibu, janganlah engkau lupa, bahwa aku adalah muridmu. Engkau telah mengajarkan kepadaku cara memasak dan engkau juga mengajarkan kepadaku bahwa cara yang langsung mengena ke hati laki-laki yaitu makanannya (masakan seorang isteri). Aku mendengar pintu dibuka oleh suamiku. Ia ingin sekali mengetahui dan membaca surat yang aku tulis untuk ibu. Ia juga menginginkan agar dapat menuangkan isi hatinya seperti yang aku tulis dan ia meminta agar aku memberikan kepadanya alat tulis serta kesempatan dalam lembaran suratku ini, agar ia bisa menulis untuk ibu. Ciumku untuk ibu, bapak dan saudara-saudaraku. Sampai berjumpa. Tertanda, anakmu (Dipetik dari majalah Al 'Arabi).


0 komentar:

Posting Komentar